Untuk Perempuan 1/2 Jalang 3 (kata orang, dia masih jalang!)

Segarkah setelah mandi perempuan?...
hahaha...Terlalu naif
harap air akan ambil penatmu!, andai bisa begitu, semua orang akan lakukan hal yang sama. Tenangkan hatimu perempuan, Jaga jiwamu agar jangan ada kegelisahan.
Sedih lagi hatimu perempuan?, Sedih karena kau biarkan mereka seakan membaca dengan pasti hatimu.
Kau ingin tertawakan, perempuan?, tertawa karena kebodohan mereka,karena begitu yakinnya mereka membeberkan pikiran mereka tentangmu!.Padahal dalam hatimu engkau ingin berteriak…‘ding…dong, anda salah!.
Tapi perempuan…
engkau dengan angkuhnya diam. Biarkan mereka mereka-reka dan menghubungkan setiap peristiwa. Engkau dengan angkuhnya diam, biarkan mereka menjadi paranormalmu. Kasihannya engkau perempuan!...Padahal ibu yang melahirkanmu juga tidak dapat membaca sejengkalpun jalan hidupmu.
Mengapa kau biar mereka menjadi tuhanmu?, yang seakan tahu mengapa kau lakukan ini dan kemana kau bawa jalan hidupmu setelah ini?.
Jangan sedih perempuan, Hanya katakan
’biar waktu yang menjawabnya!’ mungkin itu jalan terbaik!.

Untuk Perempuan 1/2 jalang 2 (kata orang dia memang jalang!)

Selamat sore perempuan!, Bagaimana tidurmu siang ini!, nyamankah?
Atau kau terbangun dan terhenyak sadar bahwa kau di tempat asing?, Sepi hatimu kan perempuan?, Perih hatimu kan perempuan?. Tapi tetap berdirilah perempuan, jangan tunjukan kelelahanmu!, terus berjalan hingga besok bismu akan menghantarkan engkau pada fase lain dalam hidupmu. Kau tarik nafasmu dalam-dalam, Kuat!-Mantap!...
tapi saat kau hembuskan tampak tersendat. Sakitkah perempuan?, Kau tahan tangismukan perempuan?.
Kau menulis, kemudian pejamkan matamu sebentar dan menulis kembali.
Mengembara kemana pikiranmu perempuan?. Perempuan…Perempuan…Kuatlah!

Untuk Perempuan 1/2 jalang 1 (kata orang dia Jalang!)


Apa kabarmu hari ini perempuan?. Baik, pura-pura baik atau kau tunjukan betapa buruknya hari-harimu belakangan ini?
Apa yang kau pikirkan perempuan?, apakah kau biarkan kesepian dan sakit hati renggut harimu?
Apa yang terlintas dalam benakmu?, yang membuat tubuhmu lesu dan tulang-tulangmu terasa tidak dapat menyangga beban di otakmu?
Mengapa perempuan?, Siapa perempuan?

Ada
berapa bibir yang kau biarkan melumat bibirmu yang mungil?, tapi juga membiarkan bibir mereka memakimu, mengejekmu bahkan menjatuhkan harga dirimu?
(tapi sebesar apa harga dirimu perempuan?, pertanyaan yang patut dipertanyakan!)

Ada
berapa tangan yang kau biarkan membelai tubuhmu yang kerempeng dan payudaramu yang menggoda?, tapi membiarkan tangan mereka memukulmu, atau mendorongmu hingga terjerembab!.
Ada
berapa lelaki yang kau biarkan menidurimu, dan besoknya, engkau mencuci spermanya bagai suatu kenajisan?.
Ada
berapa kepala yang kau biarkan memenuhi otakmu dengan keputusasaan, kesepian, kemarahan dan dendam?
Perempuan

Kenapa tidak kau jajakan saja dirimu di perempatan jalan?, daripada berkedok seorang mahasiswi?. Perempuan, PerempuanMalangnya nasibmu perempuan!. Hempasan badai kehidupanmu terlalu berat, Kau cari cinta, namun tak kau dapatkan!. Kutuk putri-putri Yerusalem telah jatuh padamu!, hak dan cinta mereka yang dirampas oleh orang-orang yang tidak mereka cintai. Jiwa dan tubuh mereka diperkosa oleh lalimnya orang-orang jaman ini!. Mereka coba untuk tegar berdiri, tapi cibiran dan cemoohan tidak akan pernah berhenti, jika tidak, sakit jiwa gerogoti dan merekapun mati sia-sia!.
Hai perempuan!...
Setragis itukah kisah dalam jalan hidupmu kelak?, engkau bohongi dirimu sendiri, menganggap smua baik dan ada dipihakmu, tapi mereka hanya memandang iba dari balik punggungmu!.
Hai perempuan!...
Sudahi saja, hiduplah tenang kau sendiri!, jangan ada lagi yang sentuh tubuhmu dan jiwamu, biar basah sendiri tanah-tanah itu oleh ketegaranmu. Perempuan... menangislah kau sendiri. Biar empat tembok yang mengelilingimu yang jadi saksi kerapuhanmu. Jangan kau perlihatkan rintihan itu perempuan!, jangan kau perlihatkan perih itu perempuan!. Peluk lututmu dan menangislah diantara keduanya, sanggalah kepalamu yang tertunduk hitung jari-jari kakimu.
Sedumu melukai hatiKu. Tapi Aku belum bisa melakukan apa-apa, belum waktunya!, semua pilihanmu!

Hanya lupakan wajah-wajah itu!. Heikenapa kau tahan tangismu perempuan?. Perih nanti dadamu!, Sesak nanti jiwamu!. Cukup perempuan, akhiri drama ini!

Wajah

Dilampu merah kemarin,
ada anak kecil yang meminta-minta sambil menangis.
Hatiku bertanya2 ada apa ya?,
banyak prediksi pada tetesan itu.
Disakiti temannya, dipaksa bekerja oleh orang tuanya,
lapar, atau habis dianiaya oleh siapa?

Tetesan air mata itu tidak bisa hilang dari benakku.
Tetesan itu hantui hari-hariku sejak hari kemaren.
Benakku coba kilas ulang wajahnya, tubuhnya, pakaiannya.
Benakku coba kilas ulang akan apa yang kulakukan jika tidak ada rasa malu, prasangka dan lampu merah, jika tidak ada rasa enggan diusik.

Apa yang terjadi setelah aku beranjak ya?
Apa ia tetap menangis dan menahan sakit?
Apakah telah terjadi hal buruk padanya?
Apakah nyawanya terancam?
Wajah itu tidak hekang.

Andai aku kembali ke waktu itu...
Aku akan turun dari motor dan membimbingnya ke pinggir.
Mengajaknya bercerita, bertanya apa yang buat ia menangis?
Memberi apa yang bisa ku beri.
Tapi rasa “itu” halangiku!
Buat wajah itu tetap ada dibenakku.
Buat aku mengutuki kebodohanku.
Mengutuki rasa “itu” yang ada dalam otakku.

Hilangnya 1 lagi sebuah rasa perduli
Tumpul oleh kebiasaan-kebiasaan kota yang buat aku larut
Buat hatiku serasa kosong
Merasa tidak berguna dan aku menyesal

Lover!

Cinta adalah aneh, ketidakmengertian yang janggal.
Karena bisa dirasakan walau sekelebat, namun kadang bagai pencuri yang tidak ingin tertangkap. Atau sekedar malu-malu, bagai anak perawan yang mengintip dari jendela kamarnya, saat sang arjuna memanggil namanya atau sekedar melintas.

Sekarang aku rasakan sesuatu!­...
Pengakuan yang terburu-buru mungkin!.
Tapi biar cinta mengkondisi dan sebagai apa ia berperan saat ini. Akankah ia tetap bertahan, raib ditelan oleh keegoisanku atau keadaan yang kejam?

Tapi ijinkan aku mereguk rasa itu saat ini. Sebagai pelepas dahaga, sebagai pelipur lara, sebagai pemecah kesunyian, sebagai cinta yang apa adanya.

Kubelai tubuhmu dengan gundah. Kutatap kelelahanmu saat kau pulang bekerja. Kucoba untuk kurangi keletihanmu dengan senyumku yang tidak bisa dikategorikan manis, tapi hanya ini yang kupunya. Kuingin ajak kau bercinta, dan engkau bisa tidur lelap di buah dadaku yang mungil, setelahnya. Aku akan menjagamu, jangan ada yang ganggu tidurmu hingga besok saatnya kau bekerja kembali.

Semoga nafsuku dan cintaku dapat kau rasakan tanpa ada diskriminasi, jadi satu dan tidak coba untuk kau pisahkan, karena tubuhmu adalah lambang keindahan bagiku, dan hatimu lambang kelembutan seorang arjuna.

Kuingin kau jadi milikku saat ini!, entah besok, lusa atau beberapa tahun ke depan.
Yang pasti sebagai apa cinta berperan?

Cintaku hanya ingin sebagai,
pelacurmu!-perempuanmu!-kekasihmu!-sekaligus istrimu!.
Selamat malam kekasihku, semoga indah mimpimu.

Try to find what I should doin for betta!!

Aku mengejar smua yang ingin ku punya,
Aku dapatkan dan tersenyum puas!
Tapi senyum itu segera saja memudar.

Ada yang bergolak dalam dadaku,
cukupkah yang aku punya?
Aku abaikan kata hatiku...
untuk berhenti dan bertanya sejenak kepada Tuhan,
sekedar bertanya…………

Apa yang aku cari?
Apa yang aku kejar?
Apakah tidak ada kata cukup?
Apakah tidak ada kata lelah?

Berlomba untuk senangkan hati dan dipandang lebih,
Abaikan suara yang Maha…
Abaikan peringatanNya…
Abaikan KasihNya…

Hanya mencari dan mengejar!
Adakah yang kudapati?

Walau dengan orang terdekat sekalipun?
Apakah aku merasa terpuaskan?

Ku abaikan panggilan untuk berhenti sejenak…
Walau hanya sekedar bertanya,…

‘Tuhan apa yang Kau ingin aku lakukan dalam hidupku?’

Belum Selesai

Waktu itu aku tertawa terbahak-bahak, hingga sakit perutku.
Keluar sedikit air mataku dari sudut mata…
Dunia serasa berwarna, riang dan ringan, tanpa beban yang berarti.

Tapi hari ini…
Aku menangis dan sesekali menahannya hingga kejang perutku,
Beban serasa menindih dan tanganku terikat erat.
Sendi-sendiku terasa sakit, hingga leher untuk menyangga kepalapun lemas!
Bahuku bungkuk dan mataku hanya bisa menatap kebawah.

Sakit….lelah jiwa….jenuh…
Komplikasi yang sangat membahayakan!
Ingin bicara tapi malas untuk bicara.
Ingin menangis, tidak bawa hati jadi lebih lega...
Ingin teriak, tidak buat badan lebih segar…

Mungkin memang saatnya untuk berhenti sejenak!
Jangan lakukan pekerjaan yang jadi rutinitas,
Terus berpikir tanpa berikan otak waktu untuk menghela...
Lakukan sesuatu yang diburu waktu!

Tanggungjawab terasa berat,tapi itu pilihan!

Ingin tidak perdulikan orang-orang, tapi aku manusia…
Hidup dalam ikatan yang tidak mungkin hilang,
Hilang akan hancurkanku, menurunkanku dalam strata paling rendah!

Jangan bilang tidak perduli, karena itu hanya omong kosong!
Tidak banyak orang yang ingin dibilang gila,
karena hidup tanpa aturan adalah dunia yang berbeda dengan kebanyakan orang!

Cari pembenaran dengan bersikap sinis dan keras.
Perenungan setiap saat membawa kita semakin jauh dalam pemberontakan.
Tapi apakah itu cukup memuaskan?
Atau hanya jalan awal untuk menggapai keegoisan?
Berlindung dibalik kami mau, atau tepatnya saya mau?
Kesamaan hasrat adalah kata yang dianggap mengikat,
tp saat hasrat itu tercapai, siap untuk hancurkan sesama,
dan siapkan pertempuran untuk mencari lawan baru.

Tidak ada kata puas!
yang ada hanya jiwa yang telah direbut oleh kehancuran,
kemunafikan dan keserakahan...

Belum selesai………

Kembali Kehijau

Rindu!
Hijau itu bersahaja…Lelapkan diriku dalam kabut beraroma khasmu.
Malam terpintal sempurna, Jangkrik, kodok, ular, air yang mengalir,
menjadi benang-benang halus tanda kerja Ilahi

Tenang itu…
Menyenangkan!
Tetapi kemudian aku bergidik, terlalu sunyi!
Plak…Plak…Srup…Srup…Tug…
Tidak tahu cara yang tepat untuk isyaratkan bunyi kartu yang dihempaskan,
suara sruputan minuman hangat, entah oleh siapa
bunyi gelas kopi beradu dengan lantai.
Oh……masih ada teman menikmati malam!

Lelahnya…
Setelah seharian jelaskan tentang bahaya kebakaran hutan,
evaluasi yang menguras otak,
tapi waktu yang tersita, sungguh menyenangkan.

Bukan hal itu yang kami bicarakan!
Kehidupan malam yang gemerlap,
dunia fashion terbaru,
kehidupan anak-anak borju!...
(entah darimana ayahnya dapatkan uang?)

Kami hanya anak-anak negeri, yang mencoba berbagi.
Lakukan apa yang kami bisa, untuk selamatkan bumi yang merintih.
Kami hanya anak-anak biasa, dengan dandanan apa adanya.
Berkutat dalam peluh, air mata dan kemiskinan negeri ini.
Kami hanya anak-anak biasa,
yang coba bekerja dalam temaramnya lampu ublik,
Kami hanya anak-anak biasa yang sok tahu!

Waktu kami pakai untuk berkunjung dari satu desa ke desa yang lain,
Melihat kemiskinan demi kemiskinan,
mendengar keluhan demi keluhan,
kerjasama demi kerjasama,
kasih demi kasih,
keperdulian demi keperdulian,
Keramahan demi keramahan,

Astaga!...
Hal itu sangat jarang kami dapatkan di kota!

Kami tersenyum dan menikmati waktu-waktu kami.
Ditemani kepulan nasi hangat, ikan asin dan sambal uleg,
Singkong rebus dan segelas teh...
hmm…Kami menikmatinya!

Malam semakin larut,
Aku merasa sangat lelah!
Tetapi aku nikmati kelelahan ini, karena aku merasa hidup.
Aroma yang selalu membuatku ingin kembali...
Dan aku tertidur dibalut aroma ini.