Wajah

Dilampu merah kemarin,
ada anak kecil yang meminta-minta sambil menangis.
Hatiku bertanya2 ada apa ya?,
banyak prediksi pada tetesan itu.
Disakiti temannya, dipaksa bekerja oleh orang tuanya,
lapar, atau habis dianiaya oleh siapa?

Tetesan air mata itu tidak bisa hilang dari benakku.
Tetesan itu hantui hari-hariku sejak hari kemaren.
Benakku coba kilas ulang wajahnya, tubuhnya, pakaiannya.
Benakku coba kilas ulang akan apa yang kulakukan jika tidak ada rasa malu, prasangka dan lampu merah, jika tidak ada rasa enggan diusik.

Apa yang terjadi setelah aku beranjak ya?
Apa ia tetap menangis dan menahan sakit?
Apakah telah terjadi hal buruk padanya?
Apakah nyawanya terancam?
Wajah itu tidak hekang.

Andai aku kembali ke waktu itu...
Aku akan turun dari motor dan membimbingnya ke pinggir.
Mengajaknya bercerita, bertanya apa yang buat ia menangis?
Memberi apa yang bisa ku beri.
Tapi rasa “itu” halangiku!
Buat wajah itu tetap ada dibenakku.
Buat aku mengutuki kebodohanku.
Mengutuki rasa “itu” yang ada dalam otakku.

Hilangnya 1 lagi sebuah rasa perduli
Tumpul oleh kebiasaan-kebiasaan kota yang buat aku larut
Buat hatiku serasa kosong
Merasa tidak berguna dan aku menyesal

Tidak ada komentar: